Pentingnya Memperhatikan Tulang Panggul Anak

dr. Aldo Fransiskus Marsetio, Sp.OT dr. Aldo Fransiskus Marsetio, Sp.OT
dr. Aldo Fransiskus Marsetio, BMedSc
Dokter Umum

Halo, Ayah dan Ibu! Kali ini kita akan membahas mengenai tulang panggul si kecil yang kadang terlewati untuk diperhatikan. Apakah Ayah dan Ibu juga tahu bahwa membedong dapat memperberat kondisi bayi dengan kelainan tulang panggul? Yuk, kita simak bersama.

Pembentukan dan perkembangan sel tulang yang tidak beraturan disebut juga sebagai displasia dalam bahasa medis. Bila hal ini terjadi pada tulang panggul, maka disebutnya displasia panggul atau Developmental Dysplasia of the Hip (DDH). Displasia panggul merupakan kondisi dimana sendi panggul menjadi longgar dan tidak stabil. Gangguan ini dapat muncul dan berkembang setelah kelahiran dengan derajat keparahan yang variatif. Displasia panggul cukup sering ditemukan pada bayi baru lahir, terutama pada anak pertama, jenis kelamin perempuan, atau memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama.

Dislokasi sendi panggul (tulang keluar dari engselnya), nyeri, kelainan bentuk, tungkai pendek sebelah, tidak stabil berjalan adalah beberapa konsekuensi yang dapat terjadi apabila displasia panggul tidak ditangani dengan baik. Bahkan, kondisi ini akan mempengaruhi dampak buruk bagi struktur tulang lainnya. Kelainan itu akan mempengaruhi aktivitas sang anak sehari-hari serta kualitas hidup yang buruk, dan pada akhirnya menyebabkan proses pengapuran sendi panggul dini.

Penyebab displasia panggul

Mengapa penyakit ini dapat terjadi? Hal ini disebabkan pada saat proses persalinan dimana tubuh sang ibu akan melepaskan hormon yang membuat otot dan ligamen bayi menjadi lentur agar dapat melewati jalan lahir. Pada beberapa bayi yang sangat responsif terhadap hormon ini, otot dan ligamennya akan menjadi terlalu lentur walau kualitas tulang bayi sebenarnya sudah bersifat empuk dan fleksibel. Alhasil, kelahiran bayi, terutama dengan posisi sungsang (presentasi bokong), memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya displasia panggul ini.

Gambar 1: (Kiri) Posisi normal bayi dalam kandungan, (Kanan) Posisi bayi lahir sungsang

Pembedongan bayi

Terkadang gangguan pada bayi tidak seberapa dan menyebabkan tidak terdeteksinya pada saat segera setelah lahir. Namun, oleh karena faktor perawatan dan alat-alat yang kita gunakan terhadap sang bayi, displasia panggul dapat menjadi lebih parah. Contoh tindakan yang paling sering adalah pembedongan. Bayi dengan kecurigaan displasia panggul tidak direkomendasikan untuk dibedong. Tindakan pembedongan yang terlalu kencang menyebabkan tungkai bayi dalam posisi “terpaksa” lurus. Hal ini dapat membuat otot dan ligamen yang menjaga kestabilan sendi panggul menjadi semakin tertarik. Mekanisme yang serupa juga dapat terjadi pada pemakaian alat gendong yang membuat tungkai sang buah hati dalam kondisi “terpaksa” lurus ini.

Gambar 2: Ilustrasi mekanisme terjadinya displasia panggul yang disebabkan oleh pembedongan

Gambar 3: Posisi menggendong bayi yang TIDAK dianjurkan karena dapat memicu displasia panggul

Gambar 4: Posisi menggendong bayi yang dianjurkan karena dapat mencegah displasia panggul

Deteksi dini

Seiring dengan pertumbuhan menjadi dewasa, tulang manusia akan menjadi semakin keras, otot dan ligamen pun semakin kencang dan kuat. Tulang panggul yang tumbuh dan berkembang secara normal akan sangat membantu dalam menjaga kestabilan sendi panggul. Oleh sebab itu, deteksi dini dari displasia panggul menjadi sangat penting agar dapat menghindari kelainan bentuk (deformitas) yang menetap. Semakin awal terdeteksi, penanganan terhadap penyakit ini semakin dapat diupayakan tanpa tindakan operasi. Walaupun, ada kalanya meskipun penanganan tanpa operasi sudah dilakukan, kelenturan yang sangat tinggi menyebabkan diperlukannya tindakan operasi.

Umumnya, setelah bayi lahir akan dilakukan “screening” atau “penyaringan” pada kondisi ini. Namun ada kalanya proses tersebut tidak menangkap kelainan displasia panggul saat baru lahir. Ayah dan Ibu Kejora yang merawat sang buah hati sehari-hari dapat membantu deteksi dini dengan memperhatikan gejala berikut:

  1. Bunyi klik pada area panggul. Hal ini dapat menandakan sendi panggul tidak stabil pada tempatnya.
  2. Panjang tungkai yang tidak sama. Gejala ini dapat dilihat dari perbedaan lipatan kulit di area bokong dan paha, atau dengan melihat tinggi lutut pada saat ditekuk. Hal ini menandakan sendi panggul yang tidak pada tempatnya sehingga tungkai yang sakit menjadi terkesan lebih pendek.

Gambar 5: Berbagai cara untuk mengevaluasi displasia panggul berdasarkan panjang tungkai

Pemeriksaan oleh dokter

Setelah menyadari adanya kelainan tersebut, bawalah sang buah hati ke dokter. Pemeriksaan fisik lebih lanjut oleh dokter disertai pemeriksaan rontgen dan ultrasonografi dapat mengkonfirmasi kestabilan sendi panggul. Tujuan dari terapi medis adalah mengupayakan agar sendi panggul tersebut dapat terjaga stabil pada tempatnya dan mencegah komplikasi. Berbagai macam terapi dapat diterapkan, mulai dari penggunaan baju kekang, gips, operasi pembedahan rekonstruksi otot/ligamen hingga tulang. Pilihan terapi ini tidak sama pada semua pasien, dan akan ditentukan oleh dokter tergantung pada usia saat terdeteksi penyakit dan stabilitas dari sendi panggul tersebut.

Ayah dan Ibu, mulai sekarang kita harus lebih perhatian dengan kondisi panggul si kecil ya. Pastikan juga kita tidak memaksakan penggunaan bedong bila si kecil dicurigai ada kelainan pada panggulnya dan segera diperiksakan ke dokter.

Referensi

Kotlarsky P, Haber R, Bialik V, Eidelman M. Developmental dysplasia of the hip: What has changed in the last 20 years? World J Orthop. 2015 Dec 18; 6(11): 886–901.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?