Olahraga bagi Kesehatan Anak

dr. Aldo Fransiskus Marsetio, Sp.OT dr. Aldo Fransiskus Marsetio, Sp.OT
dr. Aldo Fransiskus Marsetio, BMedSc
Dokter Umum

Mungkin ayah dan ibu sudah sering mendengar bahwa aktivitas fisik atau olahraga secara teratur selalu dianjurkan oleh para praktisi kesehatan. Manfaatnya sangat besar bagi tumbuh kembang yang normal serta kesehatan dan kebugaran bagi tubuh anak-anak dan remaja. Bersama dengan nutrisi yang baik, aktivitas fisik akan membuat kadar lemak dalam tubuh, pertumbuhan jaringan otot dan tulang menjadi lebih optimal. Di sisi lain, aktivitas fisik yang kurang seringkali dapat menyebabkan berat badan berlebih sampai obesitas. Walaupun femonena ini sering ditemukan pada negara maju, namun belakangan ini juga sering ditemukan di negara berkembang.

Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik minimal 60 menit sehari pada kelompok usia 5-17 tahun cukup untuk memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Antara lain, peningkatan kesehatan fisik, menurunkan kadar lemak tubuh, menurunkan resiko penyakit jantung, metabolik, dan meningkatkan kesehatan tulang.1 Jenis aktivitas yang disarankan pun merupakan olahraga yang bersifat bertumpu pada beban badan (weight-bearing). Aktivitas jenis ini terutama baik untuk pertumbuhan optimal dari otot dan tulang, membentuk komposisi lemak tubuh yang baik dan mengontrol berat badan, serta mencegah tekanan darah tinggi.

Pertumbuhan kesehatan tulang dimulai sejak masa kanak-kanak dan remaja. Aktivitas fisik memberikan beban mekanik pada tulang, dan memicu pertumbuhan yang lebih optimal, baik dari panjang, bentuk, masa, kepadatan, hingga kekuatan. Pada masa akil balik, kapasitas mineral dan kekuatan tulang sangat dapat beradaptasi, sehingga pada periode inilah terdapat puncak dari pertumbuhan masa tulang. Disamping olahraga yang cukup, konsumsi makanan dan minuman tinggi akan kalsium dapat semakin meningkatkan kesehatan tulang ini.2

Melihat dari segi kesehatan psikososial, sebuah meta analisa menemukan bahwa partisipasi olahraga rutin dapat meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan sosialisasi yang lebih baik, mengurangi gejala depresi, dan lebih kompeten pada berbagai macam bidang olahraga lainnya.3

Manfaat lain dari berolahraga adalah anak-anak juga mendapatkan rangsangan eksternal (seperti visual, perabaan, dan pendengaran), serta internal (vestibular dan kinestetik). Pellegrini dan Smith membagi tipe aktivitas fisik yang cenderung dan gemar dilakukan oleh anak-anak berdasarkan kelompok usia, antara lain:4

  • Usia 6 bulan-2 tahun: rythmic stereotypes: gerakan motorik kasar berulang seperti gerakan menendang atau menggoyang tubuh.
  • Usia 2-5 tahun: exercise play: gerakan motorik kasar sembari bermain
  • Usia 4-10 tahun: rough and tumble play: gerakan yang lebih kuat seperti bergulat, menendang, dan melompat

Aktivitas fisik perlu dilakukan sedini mungkin, karena penelitian menemukan bahwa partisipasi aktivitas fisik di masa kanak-kanak dapat mempengaruhi aktivitas fisik disaat dewasa. Kegiatan olahraga tersebut harus diadakan dalam suasana yang positif dan menyenangkan. Sehingga, dapat tumbuh sendiri rasa keinginan untuk melanjutkan dan menikmati aktivitas pada diri anak tersebut. Agar anak dapat merasa betah menjalaninya, diperlukan juga suasana sukses atau keberhasilan melakukan aktivitas tersebut.2

Kegiatan olahraga ini juga dapat dimulai dari mendorong sang anak untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolahnya. Ekstrakurikuler ini dapat memberikan berbagai manfaat sosial, seperti membangun kedekatan dengan pelatih/guru, mendapat teman-teman baru diluar teman kelas sehari-harinya, dan membangun kemampuan bekerja dalam tim. Disamping itu, penelitian juga menemukan efek terhadap pembangunan kepribadian sang anak, seperti kemampuan mengontrol emosi yang lebih baik, mendorong anak untuk mengeksplorasi, meningkatkan kepercayaan diri dan disiplin, membantu meningkatkan performa akademis, kesibukan yang teratur, serta berat badan yang terkontrol.5

Jadi, sudahkah ayah dan ibu mendorong anak-anak untuk aktif berolahraga? Jangan dilupakan juga, ayah dan ibu adalah role model yang penting bagi anak untuk berolahraga. Dengan member contoh dan panutan hidup yang sehat, anak-anak pasti akan mengikutinya. Mari mulai bergerak hidup sehat, belajar untuk begerak, dan belajar melalui pergerakan.

Edited by dr. Nurul Larasati

Referensi

  1. US Department of Health and Human Serices: Physical activity guidelines advisory Committee report; 2008. Available from http://www.health.gov/paguidelines/report/
  2. Hills AP, King NA, Armstrong TP. The contribution of physical activity and sedentary behaviours to the growth and development of children and adolescents: implications for overweight and obesity. Sports Med. 2007;37(6):533-45.
  3. Eime RM, Young JA, Harvey JT, Charity MJ, Payne WR. A systematic review of the psychological and social benefits of participation in sport for adults: informing development of a conceptual model of health through sport. Int J BehavNutrPhys Act. 2013 Dec 7;10:135.
  4. Pellegrini AD, Smith PK. Physical activity play: the nature and function of a neglected aspect of play. Child Dev 1998; 69(3): 577-98
  5. Holt N, Kingsley B, Tink L, Scherer J. Benefits and challenges associated with sport participation by children and parents from low-income families. Psychol Sport Eerc 2011, 12:490-499.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?