Mengenal Keguguran

dr. Devi Marischa Malik dr. Devi Marischa Malik
dr. Devy Marischa Malik
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Halo, Keluarga Kejora! Pembahasan kali ini temanya spesial untuk para Ibu, namun informasinya juga tidak kalah penting untuk para Ayah agar dapat menambah wawasan tentang kondisi yang mungkin terjadi pada pasangan saat hamil.

Pada awal kehamilan, ada berbagai macam keadaan patologis (tidak wajar) yang dapat terjadi, salah satunya adalah keguguran. Kondisi ini terjadi pada trimester pertama kehamilan dimana janin lahir jauh sebelum waktunya ia mampu bertahan hidup (viable). Keguguran disebut juga sebagai early pregnancy loss atau kematian mudigah, sedangkan dalam kedokteran disebut sebagai abortus. Menurut the National Center for Health Statistic, the Centers for Diasease Control and Prevention, dan World Health Organization, abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau jika janin yang dilahirkan memiliki berat kurang dari 500 gram.

Abortus pun terbagi lagi menjadi abortus spontan, medicinalis, dan provokatus. Pada abortus spontan, keguguran terjadi secara sendirinya, sedangkan abortus medicinalis terjadi karena dipicu oleh pemakaian obat dengan indikasi medis seperti bila terjadi kematian mudigah (janin). Abortus juga dapat dilakukan dengan sengaja tanpa adanya indikasi medis dan bersifat illegal, yang disebut sebagai abortus provokatus.

Secara statistik, 55% abortus spontan yang terjadi pada usia kehamilan < 12 minggu disebabkan oleh adanya kelainan kromosom pada janin seperti autosomal trisomy atau monosomy X. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keguguran antara lain:

  1. Diabetes mellitus pada Ibu
  2. Hipotiroid pada Ibu
  3. Merokok (yang juga dapat memicu kelainan kromosom pada janin)
  4. Konsumsi alkohol berlebihan, terutama pada 8 minggu pertama kehamilan
  5. Konsumsi kafein berlebihan (rata-rata > 5 gelas/hari)
  6. Kelainan anatomis pada Ibu, seperti adanya mioma yang mengganggu proses implantasi (penanaman janin ke dinding rahim), kelainan rahim bawaan, dll.

Berdasarkan proses kejadiannya, abortus spontan dapat terbagi lagi menjadi:

  1. Abortus iminens

Dikenal sebagai ancaman keguguran. Pada kondisi ini Ibu mengeluhkan seperti adanya kontraksi atau kram perut bagian bawah atau timbulnya flek-flek dari jalan lahir. Namun, pada pemeriksaan dalam tidak terdapat pembukaan mulut rahim dan pemeriksaan ultrasonografi janin tetap dalam kondisi baik (denyut jantung dan gerak janin aktif). Pada kondisi seperti ini, para calon Ibu akan disarankan untuk tirah baring total (bedrest) disertai dengan pemberian obat untuk mengurangi kontraksi sambil dokter terus mencari tahu penyebab kontraksi.

  1. Abortus insipiens

Ialah suatu keadaan dimana keguguran sedang terjadi. Pada kondisi ini, janin sedang dalam proses pengeluaran, yang menyebabkan Ibu merasa mulas (kontraksi) yang hebat. Pada pemeriksaan dalam, tampak adanya pembukaan mulut rahim dan perdarahan yang terus menerus dari jalan lahir. Pada awal kondisi ini janin mungkin masih memiliki detak jantung, namun dikarenakan ini adalah suatu aborsi yang tidak terhindar, maka seiring berjalannya proses maka janin akan meninggal.

  1. Abortus inkomplit

Keadaan ini adalah lanjutan dari abortus insipiens, dimana hasil konsepsi (janin, kantong kehamilan, dan plasenta) sudah keluar namun terdapat bagian lainnya yang masih melekat pada dinding rahim. Tanda-tandanya ialah berkurangnya kontraksi, terbukanya serviks, dan adanya perdarahan dari rahim. Penanganannya bisa dengan pemberian obat atau dengan tindakan kuretase.

  1. Abortus komplit

Pada kondisi ini, seluruh hasil konsepsi telah keluar secara sempurna dari rahim. Ditandai dengan hilangnya rasa mulas/kontraksi, mulut rahim telah menutup, dan tidak ada perdarahan.

Selain abortus, apakah Ibu dan Ayah pernah mendengar istilah-istilah ini?

  • Blighted ovum atau unembryonic pregnancy

Yaitu suatu keadaan kehamilan dimana kantong kehamilan telah terbentuk dengan baik namun tidak ditemukan janin di dalamnya.

  • Missed abortion

Yaitu suatu keadaan dimana janin telah meninggal lama dan tertahan di dalam rahim.

Penanganan abortus

Teknik untuk mengeluarkan janin/konsepsi dari dalam rahim dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

  1. Pemakaian obat-obatan

Cara ini digunakan untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga hasil konsepsi atau sisa konsepsi dapat keluar. Risiko atau komplikasi dari tindakan ini ialah terjadinya abortus inkomplit.

  1. Tindakan kuretase

Tindakan ini adalah cara lain untuk membersihkan hasil konsepsi dalam rahim dengan menggunakan alat-alat kedokteran dan dilakukan oleh dokter spesialis kandungan. Pada serviks (mulut rahim) yang belum terbuka, pasien akan dirangsang menggunakan laminaria atau diberikan obat-obatan yang membantu pembukaan serviks sehingga kuretase dapat dilakukan. Risiko atau komplikasi dari tindakan ini ialah dapat terjadinya perforasi rahim.

Tindakan abortus yang ilegal atau yang dilakukan secara tidak bertanggung jawab , seperti membeli obat secara bebas atau menggunakan alat tertentu untuk memaksa pembukaan serviks, dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan abortus septik yang dapat mengakibatkan kematian. Abortus septik ialah suatu kondisi terjadinya infeksi hebat pada rahim yang menyebar ke seluruh tubuh.

Kembalinya masa subur

Banyak sekali pasangan yang khawatiran mengenai kesuburannya setelah tindakan kuretase. Berapa lama bisa hamil kembali? Untuk menjadi perhatian, bahwa ovulasi dapat terjadi 14 hari setelah keguguran, sehingga kesuburan dapat segera kembali. Namun, jika Ibu belum berencana untuk hamil dalam waktu dekat pasca keguguran, maka pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan.

Ayah dan Ibu, penting sekali untuk kita menjaga kesehatan selama kehamilan. Hindari faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran, dan bagi para Ayah, berikan dukungan yang penuh kepada pasangan agar ia dapat menjalani masa kehamilan dengan menyenangkan. Jangan lupa untuk periksakan kehamilan secara rutin dan kunjungi dokter bila ada hal yang mencurigakan.

Editor: dr. Nurul Larasati

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?