Mendidik Anak pada Era Digital

dr. Ellen Wijaya, Sp.A
Dokter Spesialis Anak

Hai Ayah dan Ibu Kejora!

Istilah screen time mungkin sudah tidak asing, khususnya bagi orangtua milenial yang hidup di era modern seperti saat ini. Istilah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan waktu seseorang terpapar layar media digital seperti gawai/gadget, televisi, komputer, atau smartphone. Seiring berkembangnya teknologi digital berbasis visual, maka berbagai perangkat canggih mempunyai daya tarik yang besar bagi anak. Hal ini berdampak positif, jika orangtua dapat memanfaatkannya dengan bijak, diantaranya untuk mendapatkan banyak informasi terkini berkaitan dengan kesehatan. Namun di sisi lain, kecanggihan teknologi memiliki potensi besar yang menjerumuskan sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mendidik anak.

Bagaimana rekomendasi screen time pada anak?

American Academy Pediatrics (AAP) pada bulan Oktober 2016 merilis panduan screen time bagi anak berdasarkan usia, yaitu:

  • Usia 0 – 18 bulan, sangat dianjurkan untuk tidak menggunakan media digital sama sekali, kecuali video jarak jauh untuk berkomunikasi dengan keluarga demi membantu Si Kecil mengenali wajah.
  • Usia 18 bulan – 2 tahun, anak mulai boleh diperkenalkan media digital dengan program berkualitas yang dapat membantu interaksi antar anggota keluarga. Jangan lupa untuk mendampingi saat Si Kecil menyaksikan program tersebut.
  • Usia 2 – 5 tahun, penggunaan media digital maksimal adalah 1 jam per hari untuk menonton program yang bermutu tinggi dengan didampingi orangtua.
  • Usia di atas 5 tahun, batasan screen time diterapkan dengan memastikan tidak mengganggu waktu belajar, waktu tidur, maupun aktivitas fisis seorang anak.

Apakah dampak dari penggunaan media digital yang berlebihan pada anak?

  1. Gangguan bahasa dan sosial. Pada saat anak sibuk menatap layar gawai, maka mengurangi interaksi tatap muka secara langsung dan waktu yang digunakan untuk berkumpul bersama keluarga sehingga memengaruhi kemampuannya berinteraksi sosial dengan lingkungan.
  2. Gangguan sistem motorik dan sensorik. Anak biasanya hanya duduk dan menggerakkan jari pada layar sentuh saat menggunakan gawai. Padahal ia membutuhkan aktivitas bergerak guna mengasah kemampuan motorik, serta kemampuan mengenal tekstur untuk perkembangan saraf sensorik.
  3. Obesitas (kegemukan). Bermain gawai biasanya dilakukan sambil menikmati camilan yang tidak terlalu sehat. Kurangnya aktivitas fisis ditambah menikmati camilan menjadi cara jitu untuk menimbun lemak dalam tubuh.
  4. Gangguan fungsi penglihatan dan pendengaran. Layar dari media digital memancarkan sinar biru yang digolongkan sebagai high energy visible light (HEV light). Menatap layar media digital yang memancarkan sinar biru dalam waktu lama dan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan retina. Apalagi membiarkan Si Kecil menggunakan headphone dengan volume keras, maka akan meningkatkan risiko gangguan fungsi pendengaran.
  5. Gangguan pola tidur. Sinar biru dari layar media digital yang berlebihan bisa menyebabkan penurunan produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang mengatur siklus tidur. Penggunaan media digital 1 jam sebelum waktu tidur akan makin menganggu pola tidur anak.
  6. Sulit konsentrasi dan lebih emosional. Fokus Si Kecil akan mudah sekali terganggu, jika sering menonton kartun dengan pergantian gambar yang cepat atau lebih dari 3 kali dalam 1 menit (fast paced cartoon). Si Kecil pun dapat menjadi lebih emosional akibat ketidakmampuannya untuk mengolah emosi karena tidak terbiasa berinteraksi dengan orang lain. Ia pun hanya bisa marah dan menangis saat keinginannya tidak terpenuhi.

Orangtua memiliki peran ekstra untuk mendampingi dan membimbing anak saat  menggunakan media digital untuk mencegah dampak negatif tersebut.

Bagaimana peran Ayah dan Ibu Kejora dalam penggunaan media digital yang bijak?

  1. Jadilah contoh. Gunakan waktu Ayah dan Ibu untuk banyak melakukan interaksi dengan anak, dibandingkan dengan media digital sehingga anak akan mencontoh perilaku tersebut.
  2. Gunakan ‘parenteral controls’. Ayah dan Ibu dapat membuat peraturan media digital yang tegas, misalnya tetapkan waktu tanpa media saat makan bersama keluarga dan lokasi kamar tidur anak yang bebas dari media elektronik. Hindari pemberian media digital pada Si Kecil sebagai cara untuk menenangkannya karena dapat menganggu kemampuan untuk mengatur emosi dan penilaian diri. Orangtua bisa membacakan buku dengan mendongeng atau mengenalkan berbagai permainan kreatif yang menstimulasi motorik Sang Buah Hati sesuai usianya.
  3. Eksplorasi dan berbagi bersama anak dengan komunikasi yang terbuka. Bagi Ayah dan Ibu yang mempunyai anak memasuki remaja, maka jadikan dunia online sebagai keuntungan untuk berkomunikasi dengan anak, serta secara aktif terlibat saat anak menggunakan internet. Orangtua disarankan untuk terlebih dahulu melihat program dan menguji coba aplikasi yang akan digunakan oleh anak, bahkan juga perlu mengetahui apa itu blog atau memahami cara menggunakan Twitter, Facebook atau Instagram. Gunakan piranti keamanan yang berguna untuk membatasi akses terhadap isi, situs, dan aktivitas di dunia maya yang tidak sesuai dengan usia anak. Diskusikan keamanan internet dan perilaku di dunia maya yang bertanggung jawab dengan anak, diantaranya jangan pernah memberikan informasi pribadi sebelum mendapat izin dari orangtua dan jangan pernah bertemu dengan teman yang dikenal melalui internet tanpa sepengetahuan orangtua.

Media digital memang bagian yang sulit dipisahkan dari keseharian kita saat ini, namun harus diingat bahwa hal yang paling utama untuk perkembangan Sang Buah Hati adalah interaksi aktif dari Ayah dan Ibu. Gunakan waktu untuk membaca, bermain, olah raga dan bereksplorasi di luar rumah bersama keluarga secara teratur sehingga tumbuh kembang anak tetap optimal.

Referensi

  • American Academy of Pediatrics, Council on Communications and Media. Media and young minds. Pediatrics.2016;138(5): e20162591.
  • American Academy of Pediatrics, Council on Communications and Media. Media use in school-aged children and adolescents. Pediatrics. 2016;138(5):e20162592.
  • Chassiakos YR, Radesky J, Christakis D, Moreno MA, Cross C. Children and adolescents and digital media. Pediatrics. 2016;138 (5).e20162593.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?