Kupas Tuntas Perkembangan Anak Berusia Kurang dari 1 Tahun

dr. Ellen Wijaya, Sp.A
Dokter Spesialis Anak

 

Halo Keluarga Sehat Kejora!
Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung hampir 9 bulan membuat kita lebih sering berada di rumah dan tentunya meningkatkan durasi interaksi bersama Sang Buah Hati. Kesempatan tersebut sebaiknya dimanfaatkan untuk stimulasi perkembangan anak dan mendeteksi secara dini, jika terjadi gangguan perkembangan. Pada diskusi kali ini, Kejora akan membahas perkembangan anak yang berusia di bawah 1 tahun.


Apa yang dimaksud dengan perkembangan anak?
Selain tubuh yang bertambah tinggi dan besar, perubahan yang dapat dinilai seiring bertambahnya usia anak adalah perubahan kemampuan. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh menjadi  lebih kompleks yang merupakan hasil kematangan dari hubungan berbagai sistem tubuh. Secara garis besar, perkembangan anak meliputi 4 ranah, yaitu gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.


Bagaimana perkembangan anak di bawah 1 tahun?
Ayah dan Bunda dapat memperhatikan kemajuan kemampuan anak di bawah usia 1 tahun secara signifikan. Pada ranah gerak/motorik kasar terlihat kemampuan bayi tengkurap, duduk dan mulai belajar berdiri. Perkembangan gerak/motorik halus dapat terlihat dari kemampuan mata bayi mengikuti gerak benda, kemampuan memegang dan menggenggam serta menjimpit. Perkembangan bicara dan bahasa bisa tampak sejak awal, yaitu bayi hanya mengoceh tanpa arti, kemudian mulai mengucap satu kata, serta akhirnya mulai beberapa suku kata. Bayi awalnya mudah tersenyum ketika sedang tidur nyenyak pada usia di bawah 2 bulan, dengan bertambahnya usia maka bayi mulai dapat mengenali orang di sekitarnya dan memberikan senyum sosial sebagai respons kegembiran atau sebaliknya menangis ketika mengetahui kondisi lingkungan yang berbeda dari biasanya.

 

Apakah perkembangan tiap anak selalu sama?
Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian perkembangan pun bisa berbeda. Jadi tidak perlu kuatir jika Sang Buah Hati baru bisa duduk tanpa pegangan di usia 6 bulan, sedangkan sepupunya sudah bisa melakukan hal serupa sejak usia 5 bulan. Meskipun demikian, tiap orang tua tentu perlu mengenali tanda bahaya adanya gangguan perkembangan.


Bagaimana mengenali adanya gangguan perkembangan?
Bayi dengan dan tanpa faktor risiko tetap memerlukan pemantauan perkembangan yang dianjurkan tiap bulan sampai dengan usia 1 tahun. Contoh bayi risiko tinggi  adalah bayi yang  mempunyai riwayat  lahir kurang bulan, berat lahir rendah, bayi baru lahir yang  mengalami infeksi, sesak napas, atau riwayat kejang dan sebagainya.

 

Semakin terlambat deteksi adanya gangguan perkembangan, maka makin sulit penanganannya. Tersedia kuesioner praskrining perkembangan (KPSP) yang berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak sesuai kelompok usianya. Kuesioner ini mudah dipahami orang tua dan dapat diakses melalui ponsel dengan aplikasi Primaku dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jika ada kecurigaan keterlambatan perkembangan anak, maka segera ajak anak untuk periksa ke dokter.

 

Selain menggunakan kuesioner, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flags) perkembangan anak yang sederhana. Tanda bahaya gerak kasar, diantaranya adalah adanya gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan, gerakan yang tidak terkontrol , menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan. Contoh tanda bahaya gerak halus, diantaranya bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan, dominasi satu tangan sebelum usia 1 tahun. Tanda bahaya pada ranah bahasa, seperti respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi serta tanda bahaya adanya gangguan di ranah sosialisasi diantaranya jarang tersenyum atau ekspresi kesenangan lain pada usia 6 bulan, kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah pada usia 9 bulan, bahkan tidak merespon panggilan namanya saat usia 1 tahun.

 

Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan hanya satu ranah saja, atau bahkan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah yang dikenal dengan keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay.


Bagaimana mencegah terjadinya gangguan perkembangan?


Kebutuhan dasar anak berupa asuh, asih, dan asah harus dipenuhi untuk mencegah terjadinya gangguan perkembangan. Asuh adalah kebutuhan fisik-biomedis meliputi pemberian ASI eksklusif, dilanjutkan makanan pendamping ASI dengan pola gizi yang sesuai, kelengkapan imunisasi,  pengobatan bila anak sakit, kebersihan individu dan lingkungan yang baik dan sebagainya. Asih meliputi kebutuhan emosi dan kasih sayang, sedangkan asah merupakan kebutuhan stimulasi yang merupakan cikal bakal untuk proses belajar anak.

 

Stimulasi yang dilakukan juga terkait dengan usia anak, misalnya pada usia kurang dari 6 bulan maka bermain bersama Sang Buah Hati menggunakan mainan dengan warna mencolok atau mainan yang memiliki bunyi, sangat menarik karena pada usia tersebut fungsi penglihatan dan pendengaran bayi mulai berkembang.

 

Bayi di atas 6 bulan sampai dengan 1 tahun mulai senang bergerak seperti rolling, duduk, merangkak, dan berdiri karena kemampuan gerak/motor kasarnya lebih berkembang. Oleh karena itu aneka permainan yang diberikan sebagai stimulasi pun juga lebih bervariasi. Kita dapat berikan bola, mainan kubus, boneka dan sebagainya. Makin banyak stimulasi yang dilakukan bersama orang tua tentu perkembangan anak akan menjadi makin optimal.
Mari bersama, kita kenali perkembangan Sang Buah Hati dan selalu semangat dalam memberikan stimulai yang kreatif dan inovatif, meskipun #dirumahaja supaya anak dapat menjadi generasi penerus bangsa yang unggul.

 

Referensi
Sekartini R, medise BE. Cerdas memilih mainan anak dan remaja. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015.

Hageman RJ. Brain growth. Dalam: Hay WW, Groothuis JR, Hayward AR, Levin MJ, penyunting. Current pediatric diagnosis and treatment. Denver: Prentice-Hall; 1995. h. 69.

Feldman HM. Language disorders. Dalam: Berman S, penyunting. Pediatric Decision Making. Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby, 2003.h.94-7.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?