Deteksi Dini Kanker Serviks (Leher Rahim): Setelah Pap Smear, What’s Next?

dr. Darrel  Fernando, Sp.OG
Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi

Halo, Ibu Kejora!

Pasti Ibu Kejora sudah tidak asing lagi ya mendengar istilah Pap smear? Pap smear merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk medeteksi ada atau tidaknya kelainan pada serviks (leher rahim) yang dapat mengarah kepada kanker serviks. Lalu setelah pemeriksaan Pap smear, bagaimanakah tindak lanjutnya? Yuk, simak pembahasannya!

Deteksi dini kanker serviks (leher rahim) dapat dilakukan melalui beberapa pemeriksaan, antara lain:

  • Pap smear: pemeriksaan untuk mengambil lendir dari leher rahim, lalu diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya kelainan atau tidak
  • Test HPV DNA: pemeriksaan untuk mencari ada tidaknya virus Human Papillomavirus (HPV) yang dapat menyebabkan perubahan ganas pada sel.
  • Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA): pemeriksaan leher rahim dengan pulasan asam asetat untuk melihat ada tidaknya perubahan yang mencurigakan, seperti adanya lesi acetowhite (daerah abnormal berwarna putih dengan batas tegas yang menandakan kemungkinan adanya lesi pra-kanker serviks).

Tujuannya adalah mendeteksi dini penyakit pada tahap pra-kanker serviks.

Pemeriksaan Pap smear dapat dikombinasi dengan test HPV DNA untuk memberikan hasil yang lebih sensitif. Pemeriksaan ini disebut Liquid Based Cytology (LBC) dan metode pengambilan sampelnya serupa dengan Pap smear. Hasil pemeriksaan biasanya akan keluar setelah 1–2 minggu.

Hasil Pap smear dengan atau tanpa test HPV DNA perlu dikonsultasikan dengan dokter kandungan untuk menentukan langkah selanjutnya. Apabila keduanya negatif, maka pemeriksaan dapat rutin diulangi setiap 3–5 tahun. Apabila ada hasil yang positif, terdapat beberapa tindak lanjut yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Pemeriksaan HPV DNA (bila sebelumnya hanya dilakukan Pap smear tanpa HPV DNA)
  • Pemeriksaan kolposkopi: pemeriksaan leher rahim dengan alat kolposkop untuk memberikan pembesaran dan dapat dilanjutkan dengan tindakan biopsi bila ada daerah yang dianggap mencurigakan
  • Krioterapi: terapi untuk menghancurkan sel-sel ganas dengan cara dibekukan.
  • Pada lesi derajat rendah, alternatif lain adalah mengulangi pemeriksaan Pap smear dan HPV DNA setelah 6 bulan–1 tahun.

Perlu diketahui bahwa kesembuhan lesi pra-kanker mendekati 100% bila diterapi dengan tepat dan baik. Apabila sudah mencapai tahap kanker, maka terapinya bergantung pada stadium kanker, pada stadium awal dilakukan pembedahan, pada stadium lanjut dilakukan kemoterapi dan radiasi.

Ayo, segera konsultasikan kesehatan Ibu Kejora ke dokter kandungan!

Editor: drg. Agnesia Safitri

Sumber:

American Society for Colposcopy and Cervical Pathology (ASCCP). Updated Consensus Guidelines for Managing Abnormal Cervical Cancer Screening Tests and Cancer Precursors. 2014.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?