Berbicara Kanker pada Anak

Marcelina Melisa, M.Psi
Psikolog Anak

Halo, Keluarga Sehat Kejora! Tahukah Ayah dan Ibu,bahwa tanggal 15 Februari adalah Hari Kanker Anak Sedunia? Tentu sedih sekali melihat sikecil didiagnosis mengidap penyakit serius, seperti kanker. Namun ada beberapa hal yang tetap harus kita lakukan sebagai Ayah dan Ibu selain mendukung pengobatannya. Untuk itu,tim psikolog Kejora, Marcelina Melisa, S.Psi, M.Psi, yang akrab dipanggil Lina, bersedia berbincang mengenai bagaimana Berbicara Kanker Pada Anak. Sekarang, mari kita simak ya..

Halo, Kak Lina! Tentu sedih sekali ya jika kita melihat si kecil didiagnosis penyakit serius seperti kanker. Bagaimana sih cara Ayah dan Ibu untuk memberi tahu si kecil bahwa ia sedang sakit?

Halo juga, Kejora! Si kecil mungkin sadar bahwa kondisi dia sekarang dan sebelumnya berbeda. Tugas orang tua adalah menyampaikan bahwa aktivitas yang sehari-hari dilakukan oleh si kecil, nantinya akan sulit dilakukan, terutama saat sedang menjalani pengobatan. Misalnya, pada anak yang punya hobi menari, kita bisa tanya sama si kecil, kalau kita senang menari kita butuh apa aja sih. Mungkin nanti ia akan menjawab harus punya tenaga yang banyak. Lalu kita tanya ke dia, bagaimana keadaannya sekarang. Misal ia jawab tubuhnya lemas. Nah, perlahan kita giring ia untuk mengerti bahwa dia sedikit kesulitan melakukan aktivitas harian seperti biasanya. Namun, tekankan pada si kecil bahwa nanti ia akan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

Oke, jadi memang harus tetap diberi pengertian secara perlahan ya, Kak. Nah, untuk menyiasati agar ia tidak bosan ketika sedang istirahat, apa yang bisa dilakukan?

Tentu saja kita harus tetap kasih si kecil kegiatan alternatif. Seperti contoh sebelumnya ya, jika si kecil hobi menari, kita bisa putarkan berbagai video atau film anak-anak menari. Bahkan, bisa juga lho kita buat mini show dengan memakai boneka si kecil. Jadi kita buatkan panggung sederhana, seolah-olah anak sedang menari, konsepnya sama dengan simulasi. Kegiatan pengganti seperti ini penting diberikan pada si kecil agar ia tidak merasa bosan, terlalu kosong, ataupun sedih. Jadi, meskipun sedang sakit ia tetap ada kegiatan.

Selain perubahan aktivitas, pasti ada perubahan fisik selama pengobatan, misalnya, rambut rontok. Jika si kecil bertanya atau bahkan menangis karena rambutnya rontok, orang tua harus bagaimana?

Jika si kecil menangis karena melihat rambutnya rontok saat atau setelah pengobatan itu merupakan hal yang sangat wajar. Namanya juga anak-anak, mungkin saat itu mereka merasa sedih, kaget, dan campur aduk. Setelah anak selesai menangis dan sudah tenang, kita bisa jelaskan melalui gambar apa saja efek atau perubahan fisik kalau seseorang terkena kanker. Jelaskan juga kalau ini hanya bersifat sementara karena sedang menjalani pengobatan.

Selama mendampingi si kecil menjalani terapi dan pengobatan, tentu bisa saja Ayah dan Ibu menangis, bahkan kelepasan dan akhirnya menangis di depan si kecil. Apakah tidak apa-apa?

“Sebenarnya sah-sah saja jika Ayah dan Ibu menangis, karena pada dasarnya si kecil juga harus tahu berbagai emosi dalam suatu keadaan itu normal-normal saja. Tidak salah juga jika Ayah dan Ibu ingin tampil kuat di depan si kecil agar dapat mendukung dan menghiburnya. Hanya saja, Ayah dan Ibu kan juga manusia biasa, jadi tetap membutuhkan sarana untuk menyalurkan emosi, karena dikhawatirkan Ayah dan Ibu dapat meledak di saat yang kurang tepat. Kalau sampai akhirnya menangis di depan si kecil, ya tidak usah disesali. Berikan pengertian pada si kecil bahwa Ayah dan Ibu, juga si kecil sedang menjalani saat susah, namun tidak apa karena akan dijalani bersama-sama. Karena hal ini yang penting, yaitu penutupnya bahwa si kecil merasa oke bundanya sedih, tapi kita tetap bisa menjalani ini bersama.

Lalu bagaimana cara menumbuhkan optimisme pada si kecil setelah ia mengetahui bahwa ada perbedaan kondisi pada dirinya?

  • Tetap berikan fakta yang realistis, sesuai dengan informasi yang didapatkan dari dokter atau sumber dari profesional pada bidang onkologi. Misalnya mengenai durasi terapi, kemungkinan anak dapat melakukan aktivitas yang sebelumnya dilakukan, dan lain-lain.
  • Pertahankan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, minimalisasi perubahan drastis yang terjadi setelah anak terdiagnosis kanker. Misalnya, usahakan orang sekitar tidak menunjukkan simpati atau rasa sedih yang berlebihan, serta tetap berikan kesempatan pada anak untuk melakukan aktivitas yang biasa dilakukannya sejauh aktivitas tersebut diperbolehkan oleh dokter.
  • Terima apapun perasaannya sekalipun ia seringkali mengungkapkan emosi negatifnya, hindari mencegah anak menceritakan perasaannya karena orangtua tidak mau mendengar anak sedih atau belum siap menghadapinya.
  • Komunikasikan secara terbuka mengenai apapun yang ingin diketahui anak mengenai keadaannya. Apabila anak sudah dapat mengakses media atau internet, buat kesepakatan bahwa apapun keterangan yang didapatkan anak akan dibicarakan bersama dengan orangtua. Hal ini bertujuan agar mencegah anak mendapatkan informasi yang kurang tepat dari media.

Sekian bincang-bincang Kejora dengan Kak Lina. Terus dukung dan temani si kecil yang sedang didiagnosis sakit serius agar ia tetap optimis untuk sembuh. Tetap semangat, Keluarga Sehat Kejora!

Editor: drg. Valeria Widita Wairooy

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?