Penyakit Kuning Pada Bayi Baru Lahir

Dr. dr. Ariani Widodo, SpA(K)
Dokter Spesialis Anak

Halo, Ayah dan Ibu Kejora! Adakah Ayah dan Ibu yang bayinya pernah mengalami penyakit kuning? Penyakit kuning pada bayi baru lahir atau neonatal jaundice adalah perubahan warna kuning yang terutama tampak pada kulit dan mata akibat penumpukan bilirubin. Penyakit kuning ini merupakan kondisi umum terutama pada bayi usia 2-4 hari setelah dilahirkan, pada bayi prematur yang lahir sebelum usia 37 minggu kehamilan dan pada bayi yang konsumsi ASI-nya kurang. Hampir 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi prematur akan mengalami kuning.

Pada umumnya penyakit kuning pada bayi tidak berbahaya dan dapat pulih dengan sendirinya dalam hitungan hari hingga minggu. Bayi yang terkena penyakit kuning tidak membutuhkan pengobatan. Pemeriksaan laboratorium dan perawatan lainnya mungkin juga diperlukan jika ditemukan penyebab yang lebih serius.

 

Penyebab penyakit kuning pada bayi

Penyakit kuning ini terjadi karena bayi memiliki kelebihan bilirubin pada darahnya. Bayi baru lahir memiliki kadar sel darah yang tinggi sehingga memicu produksi bilirubin. Bilirubin sendiri terbentuk ketika sel-sel darah merah yang tua dihancurkan.

Organ hati bayi yang belum berkembang sempurna menyebabkan proses metabolisme bilirubin terhambat. Kondisi ini disebut penyakit kuning fisiologis. Bayi akan mulai menguning sekitar 24 jam setelah lahir dan akan memburuk setelah empat hari, setelah itu kembali membaik ketika berusia sekitar 1-2 minggu.

Penyakit kuning juga bisa disebabkan oleh hal lain, seperti infeksi, anemia hemolitik, kekurangan enzim, masalah pada sistem pencernaan bayi (terutama hati), atau masalah pada jenis darah ibu dan bayi (inkompatibilitas golongan darah dan rhesus (ABO dan Rh)), tetapi hal ini jarang terjadi. Bayi Ayah dan Ibu mungkin bisa mengalami masalah ini jika awitan timbul sebelum usia 24 jam.

 

Tanda bahaya pada penyakit kuning adalah:

  • Awitan timbul sebelum usia 24 jam.
  • Bayi tampak lebih mengantuk dari biasanya.
  • Penyakit kuning yang membutuhkan fototerapi.
  • Kadar bilirubin serum lebih dari 5 mg/dl per 24 jam.
  • Bayi menunjukkan tanda sakit.
  • Kuning yang menetap lebih dari 2 minggu.
  • Bayi mengalami demam lebih dari 37,8 derajat Celsius.

 

Faktor risiko

Bayi yang berisiko tinggi memiliki penyakit kuning adalah:

  • Bayi prematur (bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu).
  • Bayi yang tidak mendapatkan ASI atau susu formula yang cukup, biasanya kuning muncul pada hari kedua atau ketiga saat produksi ASI belum banyak.
  • Bayi yang memiliki golongan darah yang tidak sama dengan golongan darah ibunya. Biasanya timbul pada ibu dengan golongan darah O namun bayinya memiliki golongan darah A atau B, karena antibodi pada ibu yang masuk lewat plasenta menghancurkan sel darah merah bayi dan menyebabkan peningkatan kadar bilirubin.
  • Memiliki saudara kandung yang mengalami penyakit kuning sebelumnya.
  • Mengalami trauma saat persalinan (karena vaccum, atau persalinan yang lama).
  • Memiliki gangguan genetik tertentu.

 

Tanda dan gejala penyakit kuning

Umumnya, kondisi bayi kuning akan dimulai dari wajah, kemudian mulai turun ke dada, perut, serta tangan dan kaki. Kondisi ini bisa semakin sulit dideteksi jika bayi memiliki kulit gelap, sehingga hanya bisa dilihat di bawah sinar matahari.

 

Penanganan penyakit kuning

Penyakit kuning ringan pada bayi biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu, sehingga tidak memerlukan pengobatan atau tindakan medis khusus. Untuk mencegah kenaikan bilirubin berlebihan bisa dilakukan dengan memberikan asupan ASI yang cukup. Asupan tersebut bisa membantu bayi mengeluarkan bilirubin pada tubuhnya. Pemberian ASI bisa dilakukan sebanyak 8 hingga 12 kali dalam 24 jam. Jika memberikan susu formula, biasanya bisa diberikan sekitar 6 hingga 10 botol dalam 24 jam.

Hanya penyakit kuning yang cukup berat yang memerlukan penanganan medis berupa fototerapi. Fototerapi dilakukan dengan memberikan sinar cahaya spektrum biru-kehijauan dengan panjang gelombang 460-490 nm. Saat dilakukan fototerapi, mata bayi akan diberikan pelindung khusus dan hanya memakai popok saja sehingga permukaan tubuh bayi maksimal terpapar cahaya. Terapi ini relatif aman dan jarang menimbulkan efek samping.

Pada kasus bayi kuning yang sangat berat dan tidak berespon walaupun sudah dilakukan fototerapi, diperlukan terapi transfusi tukar. Transfusi darah dilakukan untuk mengganti darah bayi yang rusak dengan sel darah merah yang sehat. Selain itu, transfusi darah juga dilakukan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah bayi dan mengurangi tingkat bilirubin.

 

Komplikasi

Komplikasi terjadi bila kadar bilirubin darah terlalu tinggi dan tidak kunjung turun. Bilirubin bisa melewati sawar darah-otak, menyebabkan otak keracunan bilirubin. Bayi menunjukkan tanda penurunan kesadaran dan bila dibiarkan akan menyebabkan gangguan perkembangan otak permanen.

 

Daftar Pustaka

  1. Ansong-Assoku B, Ankola P. Neonatal Jaundice. [Updated 2019 Dec 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;2020 Jan- Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532930/
  2. Brits H, Adendorff J, Huisamen D, Beukes D, Botha K, Herbst H, et al. The prevalence of neonatal jaundice and risk factors in healthy term neonates at National District Hospital in Bloemfontein. Afr J Prm Heal Care Fam Med. 2018;10(1):1–6.
  3. Mitra S, Rennie J. Neonatal jaundice: aetiology, diagnosis and treatment. Br J Hosp Med. 2017;78(12):699–704.
  4. Hegar B, Juffrie M, Mulyani NS, Widowati T, Damayanti W. Hiperbilirubinemia. In: Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, et al., editors. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. p. 114–22.
  5. Ullah S, Rahman K, Hedayati M. Hyperbilirubinemia in Neonates : Types , Causes , Clinical Examinations , Preventive Measures and Treatments : A Narrative Review Article. Iran J Public Health. 2016;45(5):558–68.
  6. Canadian Pediatric Society. Jaundice in newborns. Paediatr Child Health. 2007;12(5):409–20.
  7. Wan ASL, Mat Daud S, Teh SH, Choo YM, Kutty FM. Management of neonatal jaundice in primary care. Malays Fam Physician. 2016;11(2–3):16–9.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?