Mitos Pencabutan Gigi

drg. Eva Yuli Andari, MA drg. Eva Yuli Andari, MA
drg. Eva Yuli Andari, MA
Dokter Gigi Umum, Master of Arts in Health Management, Planning, and Policy

Menurut pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI, pada tahun 2013 terdapat 26% masyarakat Indonesia yang mengalami masalah gigi dan mulut, namun hanya 31% dari mereka yang bermasalah yang mendapat perawatan. Banyak dari masyarakat Indonesia yang menolak dilakukan perawatan karena mitos-mitos soal perawatan gigi yang beredar. Ini dia mitosnya!

Mitos #1: Cabut Gigi Menyebabkan Kebutaan

Salah besar! Pencabutan gigi tidak akan menyebabkan kebutaan karena saraf gigi dan saraf mata itu berbeda sehingga tidak ada hubungan antara cabut gigi dengan kerusakan mata.

Mitos #2: Cabut Gigi = Sakit Luar Biasa

Yang ini bisa saja benar kalau tidak dilakukan anestesi atau pembiusan. Tapi tenang saja, sebelum pencabutan gigi, dokter gigi akan melakukan anestesi local disekitar gigi yang mau dicabut. Anestesinya bisa berupa semprotan, gel atau jarum suntik. Namun jarum suntik yang sekarang digunakan juga memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga kalaupun sakit, mungkin terasa seperti digigit semut. Setelah obat anestesi berjalan, maka gigi tidak akan terasa sakit lagi saat dilakukan pencabutan.

Mitos #3: Cabut Gigi Solusi Utama untuk Sakit Gigi

Eitss! Hati-hati ya Ayah, Ibu! Jangan buru-buru minta dicabut apabila kamu sakit gigi. Karena pencabutan gigi adalah pilihan yang terakhir dilakukan apabila gigi tersebut tidak bisa lagi dirawat dengan perawatan lain. Cabut gigi itu bisa diibaratkan seperti amputasi jari lho. Sekali hilang, tidak akan pernah tumbuh kembali (gigi dewasa).

Yang terpenting adalah lakukan pencabutan gigi di dokter gigi ya! Jangan sembarangan cabut sendiri atau pergi ke ahli gigi karena justru bisa merusak gigi kita.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?