Menyikapi Si Kecil yang Pemarah

Anita Carolina, S.Psi, M.Psi.
Psikolog

Kecil-kecil cabai merah. Masih kecil sukanya marah-marah.

Kondisi emosi negatif seperti marah, kesal, dan tidak sabar bukan hanya dirasakan oleh orang dewasa. Kenyataannya, anak-anak pun dapat merasakan emosi tersebut. Merasakan emosi negatif adalah hal yang wajar dialami kita semua. Namun jika si kecil sering marah-marah dan mengekspresikan kemarahan tersebut dengan cara menjerit, marah-marah, mengamuk, bahkan memukul, tentu dapat membuat Ayah dan Ibu menjadi pusing ya? Jika dibiarkan, si kecil dapat tumbuh menjadi anak pemarah.

Sebelum menyikapi kebiasaan marah si kecil, Ayah dan Ibu perlu mengetahui penyebab anak suka marah-marah. Misalnya karena meniru sikap orang di sekitarnya yang suka marah, merasa tertekan, keinginannya tidak terwujud, diabaikan, merasa cemburu, atau memiliki masalah keluarga. Dengan mengetahui penyebab kemarahannya, orangtua dapat mencegah kemarahan pada si kecil.

Berikut tips untuk menyikapi si kecil yang pemarah:

  1. Berikan contoh

Anak merupakan pengamat yang baik. Mereka akan mengamati perilaku orang yang terdekat dengan mereka dan menirukannya. Jika Ayah dan Ibu suka berteriak dan marah, hati-hati, si kecil bisa meniru yang sama. Maka dari itu, penting untuk mencontohkan sikap saling menghargai, menyayangi, sabar, dan peduli dalam keluarga.

  1. Tetap bersikap tenang

Ayah dan Ibu jangan cepat emosi dan ingin langsung membentak si kecil ketika ia marah. Mengapa? Karena si kecil justru akan semakin sulit mengendalikan emosinya. Alih-alih membentak si kecil, berikan waktu sejenak hingga ia tenang. Kemudian, ajaklah si kecil berdiskusi secara baik-baik. Ingatkan secara tegas dan konsisten aturan yang telah disepakati bersama.

  1. Ajarkan si kecil mengenali dan mengekspresikan emosinya secara wajar

Ayah dan Ibu bisa mulai mengenalkan berbagai macam emosi pada si kecil, seperti sedih, senang, marah, takut, dan lain sebagainya. Terimalah dan dorong si kecil untuk mengungkapkan perasaannya supaya ia merasa dihargai. Misalnya, “Kakak sedang sedih ya makanya kakak nangis?” atau “Wah adik sedang senang ya hari ini.”

Kemudian, Ayah dan Ibu bisa mengarahkan si kecil untuk mengekspresikan emosi negatifnya secara lebih wajar. Misalnya ketika anak marah karena mainannya diambil oleh adiknya, Ayah dan Ibu bisa menyarankan, “Kakak, daripada menangis dan menjerit-jerit, coba Kakak minta baik-baik sama adik.”

  1. Ajarkan si kecil mengendalikan emosi

Mungkin saja si kecil mudah marah karena belum tahu strategi mengendalikan emosi. Ayah dan Ibu bisa ajarkan dengan berbagai macam cara. Misalnya, ajari si kecil untuk berpikir dulu sebelum marah-marah. Bujuklah ia dengan menghitung 1-10 secara perlahan sebelum ia marah, dengan harapan amarahnya akan mereda dan menjadi tenang selama proses berhitung. Ayah dan Ibu bisa juga mengajarkan si kecil untuk mengambil napas dalam-dalam supaya lebih tenang.

Jika si kecil sudah terlanjur marah-marah, ajak si kecil untuk meninggalkan sejenak hal yang membuatnya marah. Misalnya, jika si kecil marah pada kakaknya, bujuklah ia untuk menjauh dari kakaknya untuk sementara waktu. Selama berpisah dengan kakaknya, tenangkan si kecil agar amarahnya dapat terkendali. Jika sudah reda, latih si kecil dan kakak untuk saling memaafkan.

  1. Hargai usahanya

Tunjukkan apresiasi positif ketika si kecil berhasil menahan marah. Misalnya dengan memeluknya dan mengatakan “Hebat kakak lebih sabar.”

Pengendalian emosi akan menjadi bagian dari diri anak bila diajarkan dengan konsisten oleh orang tua. Orang tua pun membutuhkan waktu dan pengalaman agar dapat terus menerapkan hal ini.

Bagaimana Ayah dan Ibu Kejora? Semoga artikel ini dapat membantu Ayah dan Ibu dalam menyikapi si kecil yang suka marah-marah, ya!

Sumber:

  • Shapiro, L. E. (2004). 101 Ways to teach children social skills. United States of America: The Bureau For At-Risk Youth.
  • Rosanbalm, K.D., & Murray, D.W. (2017). Promoting self-regulation in early childhood: a practice brief. Washington, DC: Office of Planning, Research, and Evaluation, Administration for Children and Families, US. Department of Health and Human Services.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?