Apa itu Infeksi Akut Telinga Tengah?

dr. Natasha Supartono, Sp.THT dr. Natasha Supartono, Sp.THT
dr. Natasha Supartono, Sp.THT
Dokter Spesialis Telinga-Hidung-Tenggorokan

Hai, keluarga Kejora! Apakah pernah mendapati si kecil demam dan rewel serta terlihat memegangi salah satu atau kedua telinganya? Hal seperti ini dapat terjadi pada si kecil yang mengalami Otitis Media Akut (OMA) atau biasa disebut Infeksi Akut Telinga Tengah. Yuk, mari kita simak beberapa informasi mengenai OMA!

Otitis media akut adalah infeksi yang disertai dengan efusi (pembentukan cairan) pada telinga tengah, yang terjadi dalam waktu singkat. Otitis media akut sering terjadi pada anak-anak, terutama yang berusia di bawah 1 tahun. Hal ini dikarenakan bentuk saluran tuba eustaschius (saluran penghubung rongga telinga tengah dan nasofaring) pada anak-anak yang lebih pendek dan mendatar, sehingga mekanisme regulasi tekanan pada telinga tengah belum sempurna dan rentan terhadap infeksi. Infeksi yang terjadi pada OMA umumnya disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis dan Streptococcus pyogenes. Pada umumnya, anak mengalami setidaknya satu kali episode OMA semasa kecilnya. Berdasarkan penelitian yang diadakan di berbagai negara, insiden kumulatif episode OMA pertama berkisar antara 19-62% pada usia 1 tahun dan 50-84% pada usia 3 tahun. Sebagian besar hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa insiden OMA paling sering terjadi pada anak berusia 6-12 bulan. Insiden tersebut akan menurun seiring dengan bertambahnya usia anak.

Tentunya, keluarga Kejora ingin mengetahui faktor risiko yang diduga berperan terhadap terjadinya OMA bukan? Berikut merupakan faktor-faktor risiko yang dimaksud.

  • Usia anak 6-12 bulan
  • Jenis kelamin laki-laki
  • Riwayat atopi atau alergi
  • Anak dengan celah langit-langit atau kelainan bentuk wajah
  • Genetik
  • Infeksi saluran napas atas
  • Paparan asap rokok
  • Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan
  • Anak-anak yang menggunakan dot
  • Obesitas

Gejala yang terjadi pada OMA adalah nyeri telinga disertai demam, sehingga si kecil menjadi rewel. Gejala tersebut terjadi karena proses radang pada telinga tengah yang menyebabkan gendang telinga membengkak dan berwarna kemerahan, serta terbentuknya cairan infeksi yang mendorong gendang telinga, sehingga terlihat menonjol.  Proses selanjutnya yang dapat terjadi adalah pecahnya gendang telinga yang menyebabkan cairan infeksi keluar dari telinga atau biasa dikenal dengan istilah “congekan”. Apabila gendang telinga sudah pecah dan mengeluarkan cairan, biasanya si kecil akan menjadi lebih tenang karena rasa nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang.

Gambaran beberapa keadaan gendang telinga dan telinga tengah pada OMA

Lalu, bagaimana tata laksana pada si kecil yang mengalami OMA? Terapi utama OMA yang sesuai dengan rekomendasi American Academy of PediatricsAmerican Academy of Family Physicians (AAP-AFP) adalah pemberian antibiotik. Terdapat beberapa kondisi OMA yang merupakan indikasi pemberian antibiotik, yaitu adanya nyeri telinga sedang-berat, demam lebih dari 390 C, serta anak yang tampak sakit berat. Antibiotik utama yang direkomendasikan oleh AAP-AFP adalah amoxicillin atau amoxicillin-clavulanate pada episode berat. Antibiotik tersebut diberikan selama 10 hari pada anak berusia kurang dari 6 tahun dan 5-7 hari pada anak berusia 6 tahun ke atas. Nah, sekarang keluarga Kejora sudah mengetahui informasi-informasi penting mengenai OMA. Oleh karena itu, apabila ayah dan ibu Kejora curiga si kecil mengalami gejala-gejala seperti yang sudah dijelaskan di atas, ayah dan ibu dapat memberikan pertolongan pertama, seperti pemberian obat penurun panas kemudian segera membawa si kecil ke dokter spesialis THT. Perlu diingat bahwa pemberian antibiotik hanya boleh diberikan sesuai dengan instruksi dari dokter. Mengingat saat ini angka resistensi terhadap antibiotik yang semakin tinggi, ayah dan ibu tidak boleh sembarangan memberikan antibiotik atau obat tetes telinga pada si kecil tanpa petunjuk dokter ya.

Edited by drg. Dinda Laras Chitadianti

Sumber:
Bailey’s Head & Neck Surgery Otolaryngology. 5th edition, 2014.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?