Cegah Anemia, Cegah Stunting

dr. Juwalita Surapsari dr. Juwalita Surapsari
dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK
Dokter Spesialis Gizi Klinik

Halo, Ayah dan Ibu Kejora!

Tahukah Ayah dan Ibu bahwa ternyata 1 dari 2 ibu hamil di Indonesia masih mengalami anemia? Lebih tepatnya 48.9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Salah satu penyebab anemia yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau yang sering disebut anemia defisiensi besi.

Zat besi merupakan salah satu unsur terpenting yang membentuk hemoglobin dalam sel darah merah yang akan membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat untuk dapat mencukupi kebutuhan pasokan oksigen yang diangkut oleh darah ke janin. Apabila hemoglobin tidak cukup, maka kapasitas darah untuk mengangkut oksigen ke janin akan menurun dan mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin. Kondisi ini dapat meningkatkan kejadian kelahiran prematur serta berat badan janin yang rendah, yang pada akhirnya meningkatkan risiko stunting. Oleh sebab itu, intervensi gizi spesifik pada ibu hamil menjadi salah satu sasaran prioritas dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024

Anemia tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat besi, namun dapat juga karena kekurangan zat gizi lain seperti asam folat dan vitamin B12. Tetapi, yang akan dibahas lebih lanjut mengenai kecukupan zat besi pada ibu hamil. Pada trimester 2 dan 3, ibu hamil membutuhkan tambahan 9 dan 13 mg zat besi dibandingkan dengan kebutuhan sebelum hamil. Biasanya dokter kandungan atau bidan akan memberikan suplementasi tambahan zat besi untuk ibu hamil.

Zat besi dalam bahan makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu besi heme dan besi non-heme. Besi heme terdapat dalam bahan makanan hewani, seperti daging sapi, ati ayam dan ati sapi, seafood, ikan, kerang, dan unggas. Sekitar 50 sampai 60% besi dalam daging sapi, ikan, dan unggas merupakan besi heme, dan sisanya merupakan besi non-heme. Sedangkan besi non-heme terutama terdapat pada bahan makanan nabati (kacang-kacangan, buah, sayur, biji-bijian, dan tahu), dan produk dairy (susu, keju, telur). Selain dari sumber alamiah tersebut, zat besi juga bisa didapatkan dari bahan makanan yang difortifikasi atau diperkaya seperti roti, pasta, dan sereal.

Besi heme lebih mudah diserap oleh saluran cerna dibandingkan dengan besi non-heme. Sedangkan untuk besi non-heme terdapat beberapa faktor yang dapat membantu penyerapannya (enhancer), seperti fruktosa (gula buah), asam askorbat (vitamin C), dan asam sitrat. Pahami pula bahwa penyerapan besi non-heme juga bisa dihambat oleh zat tanin yang ada pada teh dan kopi, oksalat pada bayam, cokelat dan teh, serta mineral lain seperti kalsium, zinc dan mangan. Bahkan minum kopi saat makan atau segera setelah makan dapat menurunkan penyerapan besi hingga 40% lho, Ayah dan Ibu!

Penyerapan besi non-heme (termasuk yang ada pada suplemen) membutuhkan kondisi yang asam pada lambung dan penyerapannya mudah dihambat oleh berbagai faktor, maka mengonsumsi suplemen besi sebaiknya dalam kondisi perut kosong dan tidak dikonsumsi bersama dengan suplemen lain. Selain itu saat makan, ada baiknya Ibu tidak mengonsumsi teh, minuman cokelat atau kopi agar penyerapan zat besi dapat optimal, dan gantilah dengan minuman tinggi vitamin C seperti jus buah ataupun buah potong!

Editor: drg Rizki Amalia

 

Sumber:

  1. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
  2. Maternal Anemia and Pregnancy outcomes: a Systematic Review and Meta-analysis. Int J of Pediatrics 2016.
  3. The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) recommendation on adolscent, preconception, and maternal nutrition: “Think Nutrition First”. Int J of Gynecology and Obstetrics 2015.
  4. Essential Trace and Ultratrace Minerals. Advanced Nutrition and Human Metabolism, 6 edition. 2013.

 

 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?