Anemia pada Anak

dr. Nessa Wulandari, M.Gizi, Sp.GK
Dokter Spesialis Gizi Klinik

Pernahkah Ayah dan Ibu menemukan buah hati terlihat pucat dan lemas? Gejala tanda tersebut dapat menunjukkan adanya anemia. Tahukah Ayah dan Ibu, bahwa anemia, khususnya akibat kekurangan zat besi (ADB), rentan pada bayi & anak. Di Indonesia, 40–45% balita mengalami ADB. Dampak ADB yaitu menurunkan kemampuan konsentrasi belajar anak, terhambatnya tumbuh kembang, juga menurunkan daya tahan tubuh.

Apa saja penyebab ADB? Pertumbuhan bayi usia 6–12 bulan yang cukup cepat merupakan salah satu risiko kekurangan zat besi, terutama bagi mereka yang predominan ASI & hanya diberi MPASI sumber zat besi/fortifikasi besi jarang (<2 kali/hari). Percepatan tumbuh masa kanak-kanak disertai rendahnya asupan besi dari makanan juga salah satu penyebab anak rentan terhadap kekurangan zat besi. Adanya infeksi, perdarahan saluran cerna, dan gangguan penyerapan nutrisi di saluran cerna juga merupakan faktor penyebab ADB.

Bagaimana Ayah dan Ibu dapat mengenali anemia? Bila bayi terlihat iritabel, atau anak tampak lemas, selera makan berkurang, sulit konsentrasi, cepat lelah, terlihat pucat, Ayah Ibu dapat mencurigai adanya anemia. Segeralah konsultasi dengan dokter jika Ayah Ibu menemukan gejala tanda di atas, agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan mendapatkan penanganan serta terapi yang tepat.

Bagaimana Ayah Ibu dapat mencegah terjadinya ADB pada bayi & anak? Sebagai pencegahan, IDAI merekomendasikan suplementasi besi untuk semua bayi dan anak (prioritas usia 0–5 tahun, terutama 0–2 tahun). Suplementasi juga diberikan hingga usia remaja. Dosis dan lama pemberian harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter ya.

Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir cukup bulan juga merupakan bentuk pencegahan. Pada bayi yang lebih besar, MPASI yang diperkaya zat besi (fortifikasi) dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari pemberian susu segar sapi berlebihan pada anak dan berikan makanan sumber zat besi mudah diserap/besi heme (daging, ikan, ayam, hati). Pemberian makanan sumber besi non-heme (kacang-kacangan, sayur, tofu) disarankan bersamaan dengan makanan tinggi vitamin C, misalnya jeruk, agar meningkatkan penyerapan zat besi. Namun, hindari pemberiannya bersamaan minum teh karena zat tanin dalam the menghambat penyerapan zat besi.

Sumber: IDAI, WHO, SKRT.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Comment

Open chat
Selamat datang di Kejora Indonesia ada yang bisa kami bantu ?